Wednesday, November 18, 2009

Cuti Sabatikal 164-Kembara Bali: POHON KERING DI HALAMAN RUMAHKU






18 November 2009 cuaca yang panas menyebabkan rasa gelisah. Aku membuka pintu dan tingkap rumahku agar angin mudah masuk dan keluar. Kipas angin 24 jam sentiasa berpusing. Namun kepanasan tetap terasa. Hujan kalau turun pun sebentar saja di Sanur ini.Walau bagaimanapun syukur alhamdulillah. Aku sentiasa berdoa supaya Allah menurunkan hujan selalu di sini. Kepanasan menyebabkan ada pohon-pohon yang dahagakan air. Sama seperti manusia. Aku sentiasa minum air mineral berbotol-botol sepanjang hari. Dahaga dan kepanasan.


Di halaman rumahku sepohon kayu mulai kekeringan. Daun-daunnya tidak kelihatan lagi apatah lagi bunga putihnya yang telah gugur ke bumi. Walau pun gede jiran dan tuan rumahku menyiramkan air di pangkal pohonnya namun dia tetap tidak menunjukkan akan menghijau.Dia tetap kering dan kuning dan tidak ada tanda-tanda akan pulih ketika ini. Dia menjadi landmark kepada rumahku. Pada dahan-dahannya digantung pasu bunga orkid oleh tuan rumah Gede.Tapi raut wajah pohon yang kekeringan itu menimbulkan estetika yang menyala. Terutama disimpang siur dahan dan rantingnya. Memang indah. Aku terpesona melihatnya.Memang bagus kalau dijadikan " subjectmatter " atau halbenda kata Prof Z dalam lukisan apatah lagi dalam tulisan kreatif seperti cerpen atau puisi. Tajuknya mungkin "sepohon kayu kering" atau "sepohon kayu menangis" atau pun "sepohon kayu layu"

Rupa-rupanya dalam kekeringan ada estetikanya. Dalam kelayuan ada keindahannya. Allah jadikan memang tidak sia-siakan .Pohon yang hidup subur menghijau ada keindahannya bagitulah sebaliknya. Hanya manusia sahaja yang tidak merasa semua nikmat ini. Maknanya setiap masalah yang berlaku ada hikmah kejadiannya yang dijadikan oleh Allah. Itulah RAHSIA Allah.

No comments:

Post a Comment